Penerapan UMK Diharapkan
Lebih Baik
*Sosialisasi UMK 2012
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmirasi
(Dinsosnaketrans) Jepara menggelar sosialisasi perdana Upah Minimun Kabupaten
(UMK) 2012 sebesar Rp 800 ribu kepada perwakilan perusahaan dan buruh di kantor
dinas. Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 50 orang, pihak buruh berharap
penerapan UMK bisa lebih baik dan pemerintah benar-benar melakukan pengawasan.
’’Jangan hanya formalitas tiap tahunnya ada pengajuan kenaikan UMK kemudian
ditetapkan gubernur tetapi pada kenyataannya buruh di Jepara gajinya tidak
sebesar UMK,” kata Ketua Federasi Jepara Sejahtera (Fejera) Mulyadi didampingi
Bendahara Ali Muhtar saat datang di sosialisiasi.
Dibanding Kudus, Pati, Blora, dan Rembang, UMK Jepara yang sebesar Rp 800 ribu
per bulan merupakan sebagaimana dalam keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor
561.4/73/2011. Hal lain yang dikeluhkan Mulyadi adalah penetapan UMK 2012 tidak
melibatkan buruh dari perwakilannya.
’’Penetapan UMK dilakukan orang-orang tertentu. Saat pembahasan UMK di tingkat
kabupaten kami tidak diundang. Namun bagaimana lagi UMK sudah diutuskan kami
menerima namun dengan syarat pemerintah betul-betul mengawasi,” tegasnya.
Adapun Ketua Apindo Jepara Arief Mulyadi dalam keterangannya menjelaskan,
pihaknya akan membantu mensosialisasikan UMK 2012 ke perusahaan-perusahaan.
Jika perusahaan tidak mampu memenuhi UMK 2012, pihak perusahaan bisa mengajukan
penangguhan ke gubernur.
’’Tapi penangguhan UMK tidaklah mudah diterima gubernur. Karena ada syarat yang
harus memenuhi penangguhan selain itu pemerintah juga akan meneliti perusahaan
tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Pengawas Ketenagakerjaan Dinsosnakertras Jepara Muktiati
mengatakan dalam waktu dekat ini pihaknya akan membentuk Lembaga Kerja Sama
(LKS) tripartit yaitu buruh, pemerintah, dan pengusaha dalam mengawasi
pemberlakukan UMK 2012. “Kami jelaskan juga untuk penangguhan oleh perusahaan
dibatasi sampai 20 Desember,” jelasnya.
Di Jepara, lanjut Muktiati, tercatat ada sekitar 337 perusahaan. Dari sekian
perusahaan itu, Muktiati mengatakan kebanyakan perusahaan jarang membayar buruh
bagian amplas sesuai dengan UMK, tetapi lebih rendah. “Kalau kondisi upah
pegawai dan buruh tukang rata-rata telah sesuai UMK,” ucapnya. (H75)
Para nelayan di Kelurahan Jobokuto, KotaJepara sudah sepekan lebih tak melaut. Kondisi laut
yangsedang memasuki musim baratan, membuat para nelayan untuk sementara waktu
menambatkan perahunya di dermaga pantai. Gelombang yang lebih dari tiga meter
memaksa para nelayan menepi sementara.
Ketua Kelompok Nelayan Jobokuto Suudi mengatakan aktivitas yang mereka
lakukan saat gelombang laut masih tinggi adalah
memperbaiki jaring dan peralatan lain di rumah masing-msing.’’Jika tahun lalu pada awal Januari aktivitas melaut
sudah kembali normal, namun di tahun ini, kondisi laut masih ekstrem. Namun
demikian Suudi berharap, kondisi seperti ini akan segera selesai. Sehingga para
nelayan bisa kembali melaut’’.
Suudi berkata
untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari, para nelayan biasanya menggadaikan berbagai perabotan rumah
tangga. Seperti televisi, kulkas hingga perhiasan.Cara yang lain, mereka berhutang dulu untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari.
Suudi mengaku, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara sudah menurunkan harga beras kepada mereka pada Desember lalu. Masing-masing
Kepala Keluarga (KK) mendapatkan jatah beras sebanyak 5 kilogram. Namun
demikian, beras ini sudah habis mereka konsumsi. Ia berharap, Pemkab Jepara
memberikan beras tambahan kepada mereka.
Hal senada juga disampaikan salah seorang
nelayan di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri Prio Santoso. Dia menjelaskan meski
kebanyakan beristirahat bisa jadi ada yang nekat mencari ikan. Para nelayan
mengenal masa ‘’srobotan” dimana saat itu, kondisi cenderung normal dan mereka
memberanikan diri untuk mencari ikan. “Pada masa srobotan itu, biasanya hasil
tangkapan juga banyak” ujarnya.
Tapi, masa–masa seperti ini cukup membahayakan bagi nelayan. Artinya, nelayan
harus siap dengan resiko tinggi yang sewaktu-waktu bisa datang berupa gelombang
ombak yang kembali tinggi. ’’Bisa saja saat berada di tengah laut, ombak besar
atau badai menghempaskan perahu mereka,’’ tuturnya.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada di jepara, terus mendapatkan perhatian khusus Dinas Cipta Karya Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan (Ciptaruk) Jepara. Dinas Ciptaruk berharap bisa mendapatkan alat pemilah sampah yang diajukan ke pihak swasta. Kepala Dinas Ciptaruk Jepara Suyatno menjelaskan pemilah sampah itu bisa memilah sampah organik dan sampah anorganik. ’’Sampah organik yang datang langsung dijadikan pupuk kompos. Kalau yang anorganik perlu alat untuk menjadikan butiran-butiran kecil yang bisa digunakan seperti batu bara”.
Dengan adanya alat pemilah sampah itu akan memberikan manfaat ganda
bagi Jepara. . Pertama, akan mampu menekan jumlah sampah yang masuk ke TPA. Kedua, keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sampah akan menaikkan penilaian untuk mendapatkan penghargaan Adipura. ’’Selain PLTU, kami juga mengajak pihak swasta yang lain untuk ikut terlibat dalam pengelolaan lingkungan agar pencemaran dapat dikurangi.
Setelah diajukannya alat tersebut mereka tinggal menunggu penandatanganan memorandum of understanding atau MoU. ’’Kami harapkan akhir Februari ini penandatanganan MoU sudah terjadi sehingga pengadaan barang bisa segera dilakukan”.
Perjuangan hidup memang sulit bagi rakyat kecil. Demi menyambung hidup, para penambang pasir tidak mengenal panas, dan lelah. Mereka hanya ingin menghidupi keluarganya dengan menambang pasir. Untuk melamar pekerjaan sangat sulit, karena bermodalkan ijazah SD.
Para penambang pasir rela menempuh bahaya demi kelurga. Karena terkadang bahaya menimpa mereka. Apakah kita pernah bekerja seperti mereka? Pekerjaan mereka mengambil pasir sedikit demi sedikit dan dikumpulkan menjadi satu. Uang yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan dari terbit fajar sampai malam hari, itupun kalau pasirnya ada yang beli kalau tidak, maka mereka pulang dengan tangan hampa.
Mereka tidak punya pilihan lain, karena keterbatasannya lapangan pekerjaan yang ada. Pemerintah hanya mengurusi kepentingan pribadi,keluarga dan kelompoknya. Apakah mereka sadar, banyak rakyat yang susah karena minimnya lapangan pekerjaan. Yang ada dipikliran pemerintah hanyalah kesenangan, tidak pernah memikirkan rakyat- rakyat kecil yang sehari-hari membanting tulang demi keluarga.
Hidup masyarakat kecil memang serba sederhana. Dari kesederhanaan, mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara mengais sampah-sampah/barang bekas, yang mana sampah tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit. Pemulung adalah pahlawan lingkungan hidup. Dan pekerjaan tersebut tentunya membersihkan lingkungan dari sekitar tempat tinggal maupun tempat beraktifitas kita .
Samapah-sampah yang dikumpulkan berupa sampah plastik, kardus, botol air mineral, kertas koran dan besi-besi bekas. Dengan kekuatan dan kesabaran mereka bersemangat tanpa mengenal panas, hujan dan lelah. Semestinya pmulung itu pahlawan yang jasanya sangat besar bagi kehidupan. Tetapi masyarakat memandang pekerjaan memulung itu tidak ada harganya. Betapa mulianya pekerjaan mereka setiap hari bergelut dengan sampah yang baunya tidak sedap sehingga mereka menghiraukan kesehatannya sendiri demi memenuhi kebutuan keluarganya.
Peduli terhadap pemulung itu penting, karena mereka juga membantu kita mengurangi sampah yang ada di sekitar kita. Kumpulkan barang-barang yang kita anggap sudah tidak berguna, kemudian serahkan pada pemulung untuk diolah kembalimenjadi barang yang berguna lagi. Dengan cara tersebut kita sudah peduli dengan lingkungan dan lingkungan pun menjadi bersih. Sebagaimana pula kita telah menolong pemulung dalam mencari rizki.
Tanpa mereka bagaimana hidup masa depan generasi-generasi kita ? dan apa yang terjadi dengan lingkungan kita ?. Mari kita kembali memandang masyarakat kecil dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita.