Nelayan Jobokuto Tak Melaut
Ketua Kelompok Nelayan Jobokuto Suudi mengatakan aktivitas yang mereka
lakukan saat gelombang laut masih tinggi adalah
memperbaiki jaring dan peralatan lain di rumah masing-msing. ’’Jika tahun lalu pada awal Januari aktivitas melaut
sudah kembali normal, namun di tahun ini, kondisi laut masih ekstrem. Namun
demikian Suudi berharap, kondisi seperti ini akan segera selesai. Sehingga para
nelayan bisa kembali melaut’’.
Suudi berkata
untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari, para nelayan biasanya menggadaikan berbagai perabotan rumah
tangga. Seperti televisi, kulkas hingga perhiasan. Cara yang lain, mereka berhutang dulu untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari.
Suudi mengaku, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara sudah menurunkan harga beras kepada mereka pada Desember lalu. Masing-masing Kepala Keluarga (KK) mendapatkan jatah beras sebanyak 5 kilogram. Namun demikian, beras ini sudah habis mereka konsumsi. Ia berharap, Pemkab Jepara memberikan beras tambahan kepada mereka.
Hal senada juga disampaikan salah seorang nelayan di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri Prio Santoso. Dia menjelaskan meski kebanyakan beristirahat bisa jadi ada yang nekat mencari ikan. Para nelayan mengenal masa ‘’srobotan” dimana saat itu, kondisi cenderung normal dan mereka memberanikan diri untuk mencari ikan. “Pada masa srobotan itu, biasanya hasil tangkapan juga banyak” ujarnya.
Tapi, masa–masa seperti ini cukup membahayakan bagi nelayan. Artinya, nelayan harus siap dengan resiko tinggi yang sewaktu-waktu bisa datang berupa gelombang ombak yang kembali tinggi. ’’Bisa saja saat berada di tengah laut, ombak besar atau badai menghempaskan perahu mereka,’’ tuturnya.
Suudi mengaku, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara sudah menurunkan harga beras kepada mereka pada Desember lalu. Masing-masing Kepala Keluarga (KK) mendapatkan jatah beras sebanyak 5 kilogram. Namun demikian, beras ini sudah habis mereka konsumsi. Ia berharap, Pemkab Jepara memberikan beras tambahan kepada mereka.
Hal senada juga disampaikan salah seorang nelayan di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri Prio Santoso. Dia menjelaskan meski kebanyakan beristirahat bisa jadi ada yang nekat mencari ikan. Para nelayan mengenal masa ‘’srobotan” dimana saat itu, kondisi cenderung normal dan mereka memberanikan diri untuk mencari ikan. “Pada masa srobotan itu, biasanya hasil tangkapan juga banyak” ujarnya.
Tapi, masa–masa seperti ini cukup membahayakan bagi nelayan. Artinya, nelayan harus siap dengan resiko tinggi yang sewaktu-waktu bisa datang berupa gelombang ombak yang kembali tinggi. ’’Bisa saja saat berada di tengah laut, ombak besar atau badai menghempaskan perahu mereka,’’ tuturnya.